Phantom

Mengapa Phantom begitu menggugah perhatian? Dalam film Korea ini, kita akan dibawa pada sebuah perjalanan yang mengisahkan perjuangan rakyat Korea di masa penjajahan Jepang. Sosok Phantom menjadi simbol dari keteguhan dan semangat yang tak tergoyahkan dalam menghadapi penindasan.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi alur cerita dan pesan yang terkandung dalam film ini dengan detail yang mendalam. Jadi, siapkan diri Anda untuk mengikuti perjalanan yang penuh emosi dan inspirasi ini.

Review Film Phantom 2023

Film Phantom mengambil latar belakang pada tahun 1933 di Gyeongseong, yang merupakan nama lain dari Seoul, Ibukota Korea Selatan, pada masa kolonialisasi Jepang (1910-1945). Film ini memberikan kita gambaran jelas tentang suasana pada masa itu, di mana rakyat Korea hidup dalam penindasan dan ketidakadilan.

Namun, alur cerita film ini jauh berbeda dengan drama Korea Phantom tahun 2012 yang lebih berfokus pada tim investigasi cyber yang melawan kejahatan. Phantom tahun 2023 menggambarkan perjuangan rakyat Korea yang bertahan dan berusaha merebut kemerdekaan dari cengkeraman Jepang.

Mengisahkan serangan teroris terhadap Gubernur Korea baru di Shanghai, film ini memperkenalkan kelompok teroris yang dikenal sebagai “Kegelapan“. Mereka memiliki mata-mata yang disebut “Hantu” yang menyusup ke mana-mana untuk melancarkan teror yang terorganisir. Pemerintah Jepang dengan tegas menindak para hantu ini, dan tidak ada yang selamat dari kekejaman mereka.

Prolog film ini membawa kita kembali ke tahun 1933 di Korea Selatan. Di sebuah kantor pengumpulan informasi keamanan Kantor Gubernur, seorang penerjemah kode bernama Section Chief Cheon (Seo Hyun-Woo) harus memverifikasi dan menyahkan sebuah kode enkripsi yang baru saja diterjemahkan. Namun, dalam keamanan yang begitu ketat, terjadi insiden yang tidak terduga di mana Gubernur baru yang sedang dilantik ditembak oleh seorang pelayan di acara perjamuan tersebut. Sang penembak pun tewas di tangan tentara Jepang.

Perlu dicatat bahwa gubernur yang menjadi target penembakan tersebut adalah seorang Jepang. Hal ini menjelaskan mengapa rakyat Korea merasa begitu benci, karena mereka merasa dihabisi oleh penjajah yang terus-menerus menjadikan Korea sebagai wilayah jajahannya.

Kode yang diterjemahkan di kantor Gubernur ternyata merupakan sebuah perintah untuk saling bekerjasama membunuh gubernur yang baru. Meskipun pelakunya telah tertangkap dan meninggal dunia, para tentara Korea yang bekerja untuk Jepang terus mencari dalang di balik ancaman-ancaman ini. Mereka adalah Phantom, sekelompok mata-mata Korea yang bertujuan untuk meresahkan keberadaan Jepang.

Para pemimpin Phantom ini termasuk dalam proses interogasi yang melibatkan Junji Murayama (Sol Kyung-Gu), Park Cha-Kyung (Lee Ha-Nee), Yuriko (Park So-Dam), Section Chief Cheon (Seo Hyun-Woo), dan Lee Baek-Ho (Kim Dong-Hee). Kelima individu ini dicurigai sebagai pemimpin Phantom yang membahayakan keberadaan Jepang.

Jepang menggunakan taktik adu domba dalam proses interogasi ini. Pak Kaito Takahara (Park Hae-Soo) memberikan iming-iming bahwa siapa pun yang mengetahui identitas sebenarnya dari Phantom dapat memberikan informasi beserta bukti yang ada. Sang informan akan diberikan keamanan dan tidak akan dibunuh di akhir proses.

Politik Adu Domba yang Berbahaya

Film ini menggambarkan dengan cerdas bagaimana Jepang menggunakan politik adu domba untuk memecah belah sesama rakyat Korea. Mereka tidak menggunakan cara yang brutal yang menyiksa, melainkan menggunakan taktik untuk memperoleh informasi yang mereka inginkan. Namun, apakah mereka berhasil mengungkap siapa sebenarnya Phantom dan menghancurkan perjuangan para pejuang Korea yang menginginkan kemerdekaan?

Phantom merupakan adaptasi dari novel berjudul “Sound of the Wind” karya Mai Jia yang diterbitkan pada tahun 2007. Menariknya, penulis novel ini berasal dari Tiongkok, yang juga pernah menjajah Korea. Hal ini mungkin menjadi bagian dari sejarah mereka dan mengapa cerita ini berfokus pada peristiwa yang terjadi di Shanghai.

Dalam film ini, Park So-Dam berperan sebagai sekretaris gubernur Jepang yang memberontak. Penampilan apiknya memberikan nuansa segar dalam film ini. Ia mampu memerankan sekretaris yang berani, tidak takut, dan sedikit nakal.

Phantom adalah film yang aman ditonton kecuali adegan tembak-tembakan dan sedikit penyiksaan di tengah-tengah cerita. Jika Anda menyukai kisah sejarah dengan setting kuno dan pakaian ala bangsawan, maka film Phantom akan memuaskan mata Anda dan memberikan ketegangan yang cukup menegangkan.

Meskipun endingnya dapat ditebak dengan mudah, film ini tetap mampu menyampaikan pesan bahwa perjuangan selalu memakan korban, dan para pejuang adalah pahlawan yang meninggalkan bekas luka akibat penjajahan.

Layak Untuk di Tonton

Phantom merupakan film yang menarik dan menggugah emosi. Alur ceritanya yang penuh dengan perjuangan dan semangat membawa kita merasakan betapa pentingnya mengingat “akar” tanah dari mana kita berasal. Film ini menceritakan perjuangan rakyat Korea di masa penjajahan Jepang dan menunjukkan bahwa semangat kebebasan tak terkalahkan. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menonton film ini dan terinspirasi oleh perjuangan mereka yang mengharukan.

Dalam penutupnya, Phantom tidak hanya sekadar sebuah film, tetapi juga sebuah pengingat yang kuat akan masa lalu yang kelam namun penuh semangat perjuangan. Pesan yang diusung oleh film ini adalah betapa pentingnya menghormati sejarah dan menghargai perjuangan orang-orang Korea dalam mencapai kemerdekaan mereka.

Melalui alur cerita yang menegangkan dan karakter yang kuat, Phantom mengingatkan kita akan ketahanan dan keberanian rakyat Korea di tengah penindasan yang mereka alami. Film ini adalah pengingat yang kuat bahwa kebebasan takkan pernah bisa dirampas, dan perjuangan rakyat Korea di masa penjajahan Jepang akan selalu dikenang dan dihormati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *